Lagi-lagi tak sengaja menemukan artikel sejenis ini...
Silahkan dibaca untuk diambil hikmahnya, terutama untuk muslimah yang membutuhkan... ^_^
Silahkan dibaca untuk diambil hikmahnya, terutama untuk muslimah yang membutuhkan... ^_^
Tentang bersolek yang mendapat pahala...
Ya, memang benar bahwa bersoleknya
seorang istri untuk suaminya adalah merupakan proses ibadah yang
bernilai pahala. Istri yang muslimah diseru untuk selalu memperhatikan
kecantikan, keindahan, dan kemolekannya, meski usia pernikahannya telah
melewati puluhan tahun lamanya.
Ini mengingat, meskipun suaminya sudah
tua, dia tetap akan merasakan kedamaian dari kata-kata manis sang
istri. Dia senantiasa menikmati pemandangan indah istrinya. Dengan
demikian, minimal sang istri bisa menjaga suaminya, untuk tidak melirik
wanita lain.
Sebagian muslimah yang sudah bersuami
terkadang menganggap bahwa berdandan merupakan hak para model, artis,
penyiar televisi, dan wanita-wanita yang tidak agamis lainnya. Pandangan
tersebut jelas sangat keliru dan tertolak kebenarannya. Sebab,
bersolek dan berdandan merupakan faktor terpenting untuk memantapkan
cinta dan menaklukkan hati suami. Selain itu, berdandan juga bisa
diakses untuk merekonstruksi kokohnya bangunan rumah tangga
suami-istri.
Dalam bukunya Az-Zaujah Al-Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal,
Shabah Sa’id menegaskan, di antara kesalahan-kesalahan fatal yang
dilakukan oleh para istri adalah mengabaikan aktivitas berdandan dan
berhias, serta tidak menampakkan sisi femininnya kepada suaminya.
Penampilan apa adanya sang istri di hadapan suaminya, atau bahkan
mengabaikan penampilan dirinya, merupakan faktor potensial yang dapat
merusak kehidupan rumah tangga.
Islam benar-benar mendorong kaum muslimah agar merawat kecantikan dan kelembutannya. Rasulullah SAW bersabda kepada Umar, “Maukah
kuberitahukan sebaik-baik simpanan seseorang? Dia adalah wanita
shalihah, yaitu jika suami memandangnya, dia menyenangkannya.”
Dari hadits Abdullah bin Salam, bahwa Rasulullah bersabda ”Sebaik-baik
istri ialah istri yang menyenangkan kamu bila engkau memandang (nya),
dan taat kepadamu bila engkau menyuruh (nya), serta menjaga dirinya dan
harta bendamu di waktu engkau tidak berada bersamanya.”
Oleh karena itu, berdandan untuk suami
merupakan bagian dari ibadah. Sehingga istri kelak akan mendapatkan
balasan dan pahala dari Allah di akhirat kelak. Selain itu, dia akan
mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya bersama suaminya.
…Istri wajib tampil cantik dan semenarik mungkin di depan suami. Dan semua itu akan melahirkan pahala yang besar dari Allah…
Betapa tidak, barangsiapa yang menemui
istrinya, lalu dia mendapati istrinya dalam keadaan cantik dan menarik,
itu berarti sang istri telah menyenangkan suaminya. Pun demikian, dia
harus bisa menarik hati suami dengan segenap kecantikan dan sikap
manjanya.
Berhias atau berdandan adalah sifat
fitrah seorang wanita, di mana secara naluri para wanita umumnya punya
kecenderungan untuk tampil cantik dan menarik. Ini barangkali
berhubungan dengan jiwa wanita yang suka pada keindahan dan kebersihan
ketimbang laki-laki. Naluri ini adalah karunia Allah yang harus
disyukuri.
Dalam pelaksanaannya, naluri untuk
tampil cantik dan berhias ini telah Allah berikan petunjuk-Nya,
sehingga tidak salah jalan yang hanya akan mengakibatkan kerugian dan
kerusakan bagi pelakunya.
Dalam persoalan berhias, maka batasan yang Allah tetapkan adalah:
1. Kepada suami
Istri wajib tampil cantik dan semenarik mungkin di depan suami. Dan semua itu akan melahirkan pahala yang besar dari Allah.
2. Kepada laki-laki yang mahram dan sesama wanita muslimah
Seorang wanita boleh menampakkan
sebagian tubuhhya seperti kepala, leher, tangan, kaki dan bagian lain
yang memang dibolehkan secara syar‘i di depan keluarganya yang masih
mahram. Namun tidak boleh menampakkan bagian seperti aurat-aurat
‘besar’ dan lainnya. Berdandan di depan mereka pun tidak menjadi
masalah asal masih dalam batas yang wajar dan tidak vulgar.
3. Tidak berdandan untuk laki-laki non-mahram dan wanita kafir
Keduanya punya kedudukan yang sama
yaitu diharamkan menampakkan bagian tubuh dan berhias di depan mereka.
Apalagi melenggak-lenggokkan tubuh untuk menarik syahwat laki-laki
asing atau non-mahram.
Selain itu, Islam menentang sikap
berlebih-lebihan dalam berhias sampai pada tahapan menjurus pengubahan
ciptaan Allah yang oleh Al-Qur‘an dinilai bahwa mengubah ciptaan Allah
adalah ajakan setan kepada pengikut-pengikutnya. Pasalnya, setan akan
berkata, “Sungguh akan kami pengaruhi mereka itu, sehingga mereka mau mengubah ciptaan Allah.” (An-Nisa’ 119)
Berdandan tidak harus dengan memakai make up
dan perhiasan yang mahal. Rajin membersihkan diri dengan mandi,
bersiwak, memakai parfum dan berpakaian rapi dan serasi, sudah termasuk
bagian dari berdandan.
Berpakaian model apapun yang diinginkan
dan disenangi suami, maka itu dibolehkan dalam syariat Islam, karena
tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya. Dandanan yang
memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari suami
dari maksiat. Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram
di luar rumah, bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah. Jika
istri tidak dapat memuaskan atau menyenangkan suami sehingga suaminya
sampai jatuh dalam kemaksiatan (tertarik melihat pemandangan haram di
luar rumah) maka berarti si istri turut berperan membantu suaminya
bermaksiat kepada Allah.
Benar, bahwa dunia ini hanya sekedar
jembatan, dan tujuan hidup seorang mukmin tidak hanya untuk melahap
kenikmatan. tetapi menikmati yang mubah juga dianjurkan, sebagaimana
melakukan yang haram juga dilarang. Maka telah disebutkan di dalam
hadits, bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Di dalam diri di antara kalian terdapat sedekah.” (HR. Muslim).
Maka ‘bersedekahlah’ kepada para suami
dengan berdandan semenarik mungkin, demi keridhaan Allah dan
pahala-Nya.
[ganna pryadha/berbagai sumber/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar