Bandara Soekarno-Hatta mulai ramai orang-orang yang mudik lebaran. Dan aku pun tak mau kalah ikut meramaikan bandara.
Suasana hangatnya rumah mulai terbayang di pelupuk mata. Ah.. Sudah setahun aku tak pulang kampung ke Ranah Minang.
Aku bergegas ke tempat check-in, walaupun masih dua jam lagi menuju keberangkatan. Tumben sekali memang, entah angin apa yang membawa ku sehingga dua jam sebelum keberangkatan sudah berada di bandara, tidak seperti kebisasaanku yang suka datang di injury-time.
Huh. Antriannya lumayan panjang. Tampak ibu-ibu memegangi dua troli sekaligus didepanku. Penuh barang.
Sial, bakal lama ini, umpatku dalam hati.
Overload-nya manusia menyebabkan AC tidak berefek lagi. Ugh, Gerah. Membuat rasa haus ku muncul lebih awal. Tenggorokan mulai berasa kering. Keringat pun mulai bercucuran membasahi kaos oblong ku.
Setelah setengah jam, tiba juga giliranku.
Langsung kusodorkan tiket hasil beli online beserta Kartu Tanda Pengenal ke petugas dengan tergesa-gesa. Sambil memandang lekat mbak-mbak petugas itu.
"Wah, cantik", naluri playboy ku langsung aktif. Bisa nih dirayu dikit, gumamku sambil nyengir.
"Mas, mohon maaf", petugas cantik itu tampak agak kebingungan.
Wah kesempatan nih, gumamku dalam hati.
"Iya ada apa, Mbak? Ada yang bisa saya bantu?"
"Ngggg, ini mas", masih dengan ekspresi bingung. "Ini tiketnya tanggal 7 September, Mas. Sekarang kan masih tanggal 7 Agustus", lanjutnya. Kali ini dengan ekspresi setengah geli.
"Hah," tubuh saya mendadak kaku sejenak. Dengan kepala masih limbung aku meninggalkan konter check-in tersebut dengan tubuh lunglai.
Bingung. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Marah. Marah dengan kebodohan diri sendiri. Kenapa salah memilih tanggal keberangkatan. Arrrrrrrgh...
Terngiang suara bahagia Ibu ketika ditelpon tadi pagi. "Mama hari ini masak yang banyak, masak semua masakan kesukaan Dion. Ayah dan adik-adik sudah sangat rindu dengan Dion."
Uang tabunganku tidak akan cukup untuk membeli tiket pesawat yang baru untuk hari ini. Aku juga tidak mau jika harus meminta uang pada Ibu untuk pulang. Arrrgh. Aku tak sampai hati untuk mengecewakan Ibu. Rindu sudah sangat menyesak di dadaku.
Ya Allah, bagaimana ini?
Aku hanya bisa berdoa di dalam hati. Butiran air mata mulai memaksa keluar dari mata ku.
"Hoiii, Dion", seperti ada suara yang memanggilku.
Ternyata dua orang teman SMA ku dulu.
"Ngapain wa'ang di sini?*, tanya Anton padaku.
Aku langsung bercerita tentang kejadian konyol yang menimpaku.
"Wah, kebetulan, aden* sama si 'Kribo' mau pulang hari ini. Tapi Si 'Kribo' mendadak gak bisa pulang karena ada urusan mendadak."
Aku seperti mendapat secercah harapan.
"Tapi, aden* belum tahu kapan bisa mengganti uang nya", jawabku setengah putus asa.
Si Kribo terdiam sejenak.
"Yaudahlah, nanti aja diganti kalau wa'ang sudah punya uang", ucapnya akhirnya.
"Alhamdulillah..", ucapku lirih setelah mereka berlalu.
Inikah yang dinamakan berkah Ramadhan? Subhanallah. Bulu kudukku mendadak merinding.
Ternyata pertolongan Allah benar-benar nyata. Mendadak aku tersadar tentang kehadiran Allah yang selama ini aku lupakan.
Aku baru benar-benar percaya.
"When Allah is with you, there's nothing to worry about".
Baru kali ini aku merasakan sentakan seperti ini.
Maha Besar Engkau, Ya Allah..
Terima Kasih, Ya Allah..
Aku medadak teringat kelakuan burukku selama ini, aarrrgh.. Sunguh aku malu!
Aku berjanji dalam hati, mulai saat ini akan berusaha menjadi muslim yang baik. Dan satu lagi aku berjanji tidak akan gonta-ganti pacar lagi..
Hidayah itu bisa datang dari sisi mana pun, kepada siapapun, kapan pun dan dimana pun..
Jika ia menghampirimu jangan pernah disia-siakan..
Karena bisa jadi ia tidak akan datang untuk kedua kalinya..
-terinspirasi dari curhatan seorang teman ketika mudik lebaran tahun ini-
*wa'ang = sapaan untuk teman laki-laki sebaya
*aden = sebutan untuk diri sendiri dengan teman sebaya.
Dalam Bahasa Minang ada berbagai kata pengganti orang yang disesuaikan dengan tingkat kesopanannya.
1. wa'ang (untuk laki-laki), kau (untuk perempuan) = kamu. Untuk saat sekarang kata ini dianggap kurang sopan, biasanya digunakan pada teman sebaya.
2. Aden = saya. Untuk saat sekarang kata ini dianggap kurang sopan, biasanya digunakan pada teman sebaya.
3. Awak = saya. dianggap lebih sopan dari pada aden.
4. Percakapan paling sopan adalah dengan memanggil dengan nama orang tersebut (jika sebaya) dan menyebut diri dengan nama diri sendiri (jika dengan orang yang lebih tua dan sebaya).
Subhanallah.. innAllaha ma'ana..
BalasHapus(y)
Hapus