Selasa, 12 September 2017

Family Camp IIP

Camping? Dari dulu saya paling malas ikut camping. Bagi saya camping itu erat hubungannya dengan yang susah-susah menyiksa diri, wkwkwk.
Tapi waktu pertama kali tahu info IIP (Institut Ibu Profesional) chapter Payakumbuh-lima puluh kota akan mengadakan family camp saya lumayan tertarik. Tetapi masih maju mundur karena Fendou masih 1 tahun. Yang paling membuat saya tertarik untuk ikut karena dipandu oleh keluarga Ibu Septi Peni Wulandari bersama Pak Dodik, salah satu keluarga yang kece badai menurut saya. Akhirnya setelah berdiskusi dengan suami, dengan membulatkan niat untuk belajar kami pun memutuskan untuk ikut.

Hari yang dinanti-nanti pun tiba. Kami sekeluarga dengan satu mobil barang-barang pun sampai di lokasi camp, di Torang Sari Bulan Camping Ground, Pilubang. Mashaallah, indah sekali alam nyaaa. Daan ada kolam renangnya doong, hehe. Di sini lah kami berdiam selama 3 hari 2 malam bersama balita 4 tahun dan bayi 12 bulan. Luar biasa sekali, karena ini pengalaman camping pertama bagi kami sekeluarga.


Sore hari pertama langsung hujan badai. Bapak-bapak langsung basah kuyup sibuk mengamankan tenda dan keluarga masing-masing. Hari kedua alhamdulillah cuaca lebih bersahabat. Saya sempat khawatir stamina anak-anak drop karena cuaca yang cukup ekstrim, ditambah mereka yang berenang 3x sehari 😂. Tapii alhamdulilah kami semua pulang dalam keadaan sehat walafiat. 😊



Sebelumnya saya tidak pernah terpikir sama sekali suatu saat akan membawa anak usia 12 bulan untuk ikut camping. Ternyata Fendou sangat kooperatif selama acara camp. Kredo pun juga, walaupun Kredo lebih memilih untuk tidur di mobil. Saya rasa kekuatan doa sangat ikut andil di sini. Saya benar-benar memohon dengan sangat kepada Allah untuk menjaga anak-anak saya agar tetap sehat dan kooperatif selama camp.



Banyak sekali pengalaman yang kami dapat selama acara. Walaupun saya dan suami tidak bisa full ikut materi karena harus bergantian mengurus keperluan anak-anak, tapi kami banyak sekali mendapat pelajaran. Begitu juga dengan anak-anak.


Kami belajar untuk lebih pandai bersyukur, selama ini mungkin kita lupa untuk mensyukuri nyamannya rumah yang kita tinggali, nikmatnya makanan yang kita santap, tercukupinya kebutuhan pokok sehari-hari.
Kami belajar untuk lebih peduli dan berbagi, peduli kepada sesama anggota keluarga, peduli kepada sesama peserta camp, peduli kepada panitia.
Kami belajar untuk menjadi lebih tangguh, lebih tangguh menghadapi berbagai tantangan yang menanti.
Kami belajar untuk membuka diri menggali hikmah dari pemateri dan dari sesama peserta.
Kami belajar berlapang dada menerima berbagai perbedaan dan menjalin silaturrahim.
Kami belajar untuk saling lebih mengenal satu sama lain.
Kami belajar untuk menyatukan visi dan menyelaraskan langkah.
Kami belajar untuk lebih menghargai anak-anak kami.
Banyaaaak sekaliii kami belajar.
Kredo juga belajar menjadi lebih mandiri dan berani. Jadi lebih senang makan sendiri, jadi berani main sendiri, jadi berani bermain bersama teman baru, jadi berani tidur sendiri, jadi lebih pandai bersyukur, jadi berani maju di depan umum, dan jadi lebih dewasa dalam bersikap.
Fendou juga belajar jadi lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dan dengan orang-orang baru.
Daan kami, saya dan suami, menjadi lebih bersyukur dan terbuka matanya melihat potensi yang dimiliki anak-anak kami. Daan juga semakin menguatkan ikatan hati kami, bersama dalam susah dan senang.



Yang paling istimewa, hari pertama acara Family Camp ini bertepatan dengan Wedding Anniversary kami yang ke-5.

Terima kasih banyak untuk panitia yang sudah bersedia berlelah-lelah. Terima kasih banyak untuk Bu Septi, Pak Dodik, dan Mas Elan yang rela jauh-jauh datang dari Salatiga. Terima kasih untuk para peserta yang sudah rela saling berbagi. Semoga segalanya menambah keberkahan untuk kita.


Ternyata memang benar, sering kali kita meng-under estimate diri sendiri, padahal ternyata kita mampu melakukan hal-hal yang selama ini kita rasa tidak mampu untuk kita lakukan. Kita teralu menikmati zona nyaman, padahal kenyamanan merupakan salah satu indikator penyebab runtuhnya peradaban. Ternyata selama ini kita terlalu malas, dan terlalu memanjakan diri sendiri dan bahkan anak-anak kita sendiri. Kita melenakan mereka dengan segala kenyamanan, sehingga menumpulkan potensi mereka. Semoga semangat ini selalu terjaga. Daan semoga selalu ada yang mengingatkan ketika ia mulai kendur.

-Salam Peradaban-
Family Camp IIP Payo-LiKo,
8-10 September 2017.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar