Kamis, 01 Juni 2017

Tantangan 10 Hari Bunda Sayang: Komunikasi Produktif (Day 1)

Akhirnya menulis blog lagi setelah sekian lama vakum dan meninggalkan blog dalam keadaan cerita menggantung mengenai kisah VBAC, semoga kisah part 2 nya bisa segera dirampungkan yaa ^.^

Jari-jemari ini dipaksa kembali menari-nari di atas keyboard demi membuktikan keseriusan mengikuti kelas Bunda Sayang dari Institut Ibu Profesional. Sebagai tugas pertama kami diminta untuk mengerjakan tantangan 10 hari tentang praktek materi pertama terkait komunikasi produktif.

Sebenarnya saya sudah lama tahu tentang teori komunikasi produktif, kurang lebih sekitar setahun yang lalu saat pertama kali membaca buku Bunda Sayang. Saat itu Kredo, anak pertama saya, berusia menjelang usia 2 tahun. Saya mencoba langsung mempraktekkan kepada suami dan anak. Hanya saja saya tidak terlalu memperhatikan progres dan tidak melakukan evaluasi terhadap sejauh mana saya sudah mempraktekkan komunikasi produktif ini. Dengan adanya tugas ini saya seperti memiliki arah kembali untuk mengevaluasi penerapan komunikasi produktif yang saya lakukan selama ini.

Dari dua pilihan yang diberikan, yaitu penerapan komprod (komunikasi produktif) kepada pasangan atau penerapankomprod terhadap anak, saya memilih mengevaluasi komprod terhadap anak. Salah satunya karena saat ini suami sedang memiliki aktivitas di luar kota yang tidak memungkinkan untuk melakukan komunikasi yang intens. Alasan lainnya karena anak saya yang pertama yang berusia 3,5 tahun, sangat luar biasa cerdasnya, luar biasa kritisnya, dan luar biasa berpendirian teguh, sehingga butuh strategi jitu untuk meluluhkan hatinya dan mau mengikuti perkataan emaknya, fiuh.

Dari sekian banyak poin komprod terhadap anak, untuk pertama dan utama sekali saya memilih untuk menerapkan dan mengevaluasi poin: mengendalikan emosi. Menurut saya poin ini sangat penting dan juga mempengaruhi keberhasilan  poin-poin yang lainnya. Insha Allah ketika kita mulai bisa mengendalikan emosi, anak pun akan lebih mudah pula dikendalikan. Mengendalikan emosi di sini saya mengartikan tidak memarahi anak, tidak memukul dan tidak membentak.

Selama ini hal yang saya lakukan ketika tingkah si balita mulai menguji kesabaran adalah menenangkan diri sejenak dengan beristighfar sebanyak-banyak nya. Yang paling susah mengendalikan emosi ketika si balita mulai mengganggu adiknya yang masih berusia 9 bulan. Ketika ruhiyah saya sedang bagus mengendalikan emosi juga terasa lebih mudah. Tilawah dan shalat malam sangat membantu dalam keberhasilan mengendalikan emosi saya. Ketika sedang haid, wah semakin menantang menaklukkan sang emosi.

Seperti hari ini saya keceplosan membentak ketika si balita mulai kelewatan kepada adiknya. Sebenarnya ia cuma ingin mengajak adiknya bercanda, tapi kadang caranya tidak tepat sehingga malah membuat adiknya merasa tidak nyaman. Kondisi ruhiyah yang sedang di bawah Karena sedang haid juga menjadi salah satu faktor sepertinya. Sepertinya saya harus mencari cara memperbaiki ruhiyah ketika sedang haid.

Sekian dulu sepertinya laporan hari ini. Semoga besok bisa lebih baik lagi ya. Semoga besok saya bisa lebih bersabar menghadapi tingkah kreatif si balita. 😊


Payakumbuh, 1 Juni 2017.


#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar